Mini Story of Putera Puteri Bahari Indonesia 2017

Putera Puteri Bahari Indonesia 2017
Suatu kebanggan ketika aku menjadi salah satu diantara Putera Puteri terbaik Indonesia. Berada diantara 49 Putera Puteri terbaik dari berbagai Provinsi yang ada di Indonesia dengan kemampuan yang sangat luar biasa di ajang Putera Puteri Bahari Indonesia 2017. Ini akan menjadi pengalaman yang sangat berarti. Dimana selama 10 hari aku melihat wajah ngantuk saat materi berlangsung karena kita harus bangun pukul 5 pagi untuk olahraga dan harus sudah selesai untuk memasuki kelas materi setelah sarapan di jam 7 pagi.


Semuanya serba disiplin dan lucunya aku merasa ini tidak seperti kompetisi. Semua bertanding secara sehat. Saling berbagi ilmu dan juga saling mendukung. Aku salut akan hal itu. Bahkan ketika kami setiap hari harus tidur jam 2 pagi akibat kelas Q&A yang di nahkodai oleh senior agar kami menampilhan penampilan yang sempurna di malam penobatan.

3 hari sebelum kami akan meninggal Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (SESKOAL) yang juga merupakan lokasi kami karantina selama 10 hari kebersamaan kami semakin erat. Kedekatan kami semakin tergenggam. Mulai dari hal lucu hingga hal menyebalkan seperti harus menjalani hukuman mendak akibat terlambat ataupu aturan-aturan lainnya yang dilanggar tanpa sengaja.

Percaya atau tidak,  kami memiliki jumlah hukuman mendak sampai 10k mendak akibat kesalahan 10 orang. Sebenarnya ini pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Ceritanya begini, pertamanya kami hanya niat untuk belanja ke minimarket yang ada didepan sekolah. Tapi, akibat 4 peserta yang terlalu pandai akhirnya aku, didi, wawa dan azizah pergi ke senayan untuk makan taichan pukul 2 pagi.
Apa yang terjadi? Lokasi kita turun dari grab sama persis dengan lokasi dimana senior juga makan disitu. Seketika kita lari sekencang-kencangnya untuk menghindari tatapan yang sebenarna sudah ketangkap oleh ka bijak (salah satu senior). Setelah lari sampai keujung jalan akhirnya kita memutuskan untuk take away taichan karena didi bilang ‘kita harus sampai asrama sebelum senior sampai”

Sialpun tidak berhenti sampai disana saja, ketika kami sampai di gerbang sekolah ternyata mobil kami bersamaan tiba dengan mobil senior dan parahnya mukakulah yang terlihat jelas karena aku turun dari sisi pintu yang dekat dengan mobil senior. Lebih bodohnya lagi, sudah tau ketahuan kami tetap melakukan kesalahan dengan makan di kamar Didi. Peraturannya adalah lawan jenis tidak boleh makan satu kamar. Dan akhirnya kami berempat ‘tercyduk’ makan disatu kamar yang akhirnya membuat kami dihukum sampai pukul setengah 5 pagi.

Sampai akhirnya kita dikasih hukuman sosial dengan menulis kesalahan diselembar kertas dan mambagikannya di grup besar yang isinya ada peserta dan senior. Kita dihukum dengan bentakan dan mendak serta makan taichan beserta cabenya. Suara bentakan senior membuat semua peserta penasaran sampai teman sekamarku pun rela tidak tidur karena tahu aku sedang di hukum.

Karena kami tidak boleh meninggalkan Seskoal tanpa izin, Finalis mempunyai kebiasaan untuk memesan makanan di malam hari selesai kegiatan menggunakan jasa pesan antar online. Kami sangat disiplin karena waktu makan kami sudah di tentukan dan semuanya terjadwal. Tidak heran jika setiap kegiatan beberapa finalis selalu berkumpul untuk memesan makanan secara bersamaan. Tapi tetap saja, namanya masih muda terkadang ingin melanggar aturan


Sebenarnya, digrup angkatan kami sudah di informasikan bahwa senior sedang sweeping kamar namun kenikmatan taichan tidak membuat kami membaca grup sampai akhirnya kami ketangkap basah dikamar didi. Itu adala kejadian yang sangat menarik dan sangat konyol menurutku. Cerita ini wajib aku ceritakan karena ini adalah salah satu cerita yang membuat kami semakin dekat dan menciptakan cerita yang tidak terlupakan.
Putera Puteri Bahari Indonesia Kalimantan Barat 2017

Dia adalah pasangan terbaik menurutku. Dari segi apapun itu. Memilih Didi untuk menjadi pasanganku di pemilihan Putera Puteri Bahari Indonesia 2017 adalah pilihan yang tepat. Didi pernah mengajukan satu pertanyaan yang mungkin itu adalah pertanyaan yang membuatnya penasaran.
“kenapa kamu milih Kalimantan Barat?”
“Karena ada kamu.” Kataku

Sebenarnya aku dan didi tidak begitu dekat. Kami hanya pernah bertemu satu kali di Jakarta pada bulan Agustus dan itu tanpa berbicara. Ditarik mundur kebelakang, aku memang sangat tertarik pada salah satu ajang ini dan kebetulan provinsiku Sumatera Utara sudah di isi oleh Philip dan Grace yang juga temanku dan mereka sangat potensial sekali. Dengan hasil rundingan dengan beberapa temanku akhirnya aku memutuskan memilih Kalimantan Barat karena aku bisa merekomendasikan putera Kalimantan Barat yang akan menjadi pasanganku. Alasannya selain pasangannya adalah orang yang kukenal adalah aku bisa belajar tentang provinsi yang aku wakili karena itu merupakan tanggung jawabku selama aku mengikuti ajang ini.

Hubungan kami sangat baik-baik saja dan kedekatan kami juga sangat baik. Selain berkomunikasi tentang persiapan selama karantina kami juga bercerita banyak hingga kedekatan emosional kami mulai terbentuk hingga akhirnya chemistry kami sebagai sepasangan Putera Puteri yag mewakili provinsi kami semakin erat.

Hal yang paling tidak bisa ku lupa dari pasanganku adalah ketika hari pertama kita karantina. Hari pertama karantina adalah hari dimana photoshoot untuk baju adat daerah. Karena kami adalah Putera Puteri Kalimantan Barat adat yang kami pakai adalah adat dayak. Adat ini juga menjadi perundingan antara aku dan Didi. Di Kalimantan Barat sendiri ada 3 etnis yang sangat menonjol yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa. Didi menyarankan adat melayu karena untuk harga penyewaanya sendiri lebih murah dari pada adat dayak. Namun aku tetap memilih adat dayak untuk kubawa diajang nasional.
Tidak tanggung-tanggung, Didi memilihkan baju adat dayak terbaik dengan sentuhan kulit kayu asli yang beratnya sendiri hampir 13kg sampai akhirnya didi harus over baggage untuk membawanya dari Pontianak ke Jakarta. Saat pemotretan baju adat di hari pertama adalah hari-hari yang paling membuatku terkesan terlebih lagi dalam pemakaian baju adat dayak yang super ribet.

Untuk menata bulu merak dikepalaku harus dibantu oleh beberapa orang dan didi harus membuat konde dikepalaku dengan tangannya sendiri. Yang lebih parahnya lagi adalah aku harus menahan terpaan angin yang membuat bulu hiasan kepalaku menjadi patah. Perjuangan untuk baju adat yang sangat membuat keteteran hanya mampu kami dapatkan di TOP 5 The Best National Costum saja.
Kalau berbicara tentang kenangan, bagiku semuanya kenangan. Mulai dari detik pertama sampai detik terakhir yang harapkanku tidak akan pernah ada akhirnya. Aku dan Didi beberapa kali dijuluki pasangan favorit karena kedekatan kami mulai dari cara kami berpakaian yang serba serupa sampai cara kami berbagi ilmu. Caranya mengajarkan dan caranya menenangkan.

Tidak ada hal yang paling menyentuh dari pria yang membawa heels wanita dan pasanganku beberapa kali melakukannya. Tidak ada hal yang paling menyentuh dari pria memisahkan sambal taichan untuk wanitanya akibat dihukum secara bersamaan karena melanggar aturan. Tidak ada hal yang paling menyentuh dari pria yang mempersiapakan segala sesuatunya untuk wanita.

Sebenarnya kami masih memiliki waktu untuk bertemu lagi, kami masih memiliki waktu untuk saling berkomunikasi lagi namun sayangnya kami tidak memiliki waktu lagi untuk bersama-sama di satu kompetisi sebagai partner lagi. Didi pernah berkata disaat kami sedang melakukan malam keakraban bersama peserta, panitia dan juga senior.

 “ Thanks to brings me here, Dela!” seketika Didi memberikan senyuman dan juga pelukan.

Didi berada didalam Putera Puteri Bahari 2017 atas keinginanku. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya bahwa aku tidak akan memilih Kalimantan Barat sebagai provinsi perwakilanku kalau puteranya bukan Mas Ariandi Kurniawan.

Di malam keakraban disaat semuanya mencurahkan isi hatinya selama karantina berlangsung, Didi menggenggam tanganku sambil tersenyum. Senyumnya penuh makna dan aku akan rindu itu. Di malam grand final, disaat namaku dipanggil sebagai Top 12 dan nama didi tidak dipanggil. Setelah turun dari panggung langsung ku hampiri didi dan memberikannya pelukan (lagi) namun keputusan di akhir acara nama Didi masuk dalam Putera Bahari Indonesia Lingkungan 2017 dan aku bangga akan hal itu. Sangat bangga. Sangat sangat bangga.

Oh iya, yang lebih lucu lagi disaat kita berdua membuat video profil di Taman Mini Indonesia Indah tepatnya di Anjungan Kalimantan Barat. Karena minim fasilitas, jadi kita berdua foto bersama dengan menggunakan timer. Bisa dibayangi hasilnya akan se-profesioanal apa kan?

Masih kuingat cara kami berdua saling mendukung satu sama lain. Masih akan kuingat genggaman tangannya disaat kami berdua lari-larian akibat terlambat kelas koreo dengan berkata “kamu bisa lari nggak pake heels? Kalo bisa, lari yuk biar nggak terlambat.” Itu pertama kalinya aku lari sekencang-kencangnya dengan menggunakan heels 12cm. hal yang paling kuingat ketika kita dihukum sama-sama akibat melanggar aturan yaitu keluar dari asrama pukul 2 pagi untuk membeli makanan. Itu lucu. Itu seru dan itu tidak akan terlupakan.

So much thankyou Mas Ariandi Kurniawan atas 30 hari terbaiknya!
So much thankyou Kak Frilla atas dukungannya, Puteri Bahari Kalimantan Barat 2015 yang selalu memberikan masukan kepada kami Putera Puteri Bahari Kalimantan Barat 2017

Kesan terbaik akan kuceritakan tentang satu puteri yang satu ini. Rasa syukur lagi ketika aku disandingkan dengan puteri NTT sebagai teman sekamar. Awalnya aku sendiri karena dia datang terlambat karena beberapa alas an. Namanya Patricia tapi nama kecilnya kekal. Dia gadis yang lebih muda dariku 4 tahun namun kami menganggap umur bukanlah sebuah permasalahan kekal tetap memanggilku dengan sebutan nama tanda keakraban.

Roommate, Puteri Bahari Indonesia NTT 2017
Setiap pagi kami selalu keteteran untuk bangun pagi dan juga ber-make up. Kami selalu membantu sama lain, dalam hal apapun itu. Kekal selalu aku banguni setiap pagi seperti militer. Kekal wajib selesai mandi dan juga make up dalam waktu 10 menit. Mungkin kami roommate yang sangat luar biasa. Dari 10 hari karantina, mungkin 5 hari yang kami gak pernah mandi pagi akibat kejar-kejaran dengan waktu materi. Biasanya kami mandi di pukul 2 pagi setelah kelas selesai.

Bahkan yang lebih lucunya lagi ketika aku dan Kekal tidak sempat mandi di hari kita Grand Final karena kita bangun jam 9.30 sementara kita harus berangkat pukul 10.00 WIB dan kami sama sekali belum packing untuk malam Grand Final alhasil aku mandi di wastafel toilet mall dengan ala kadarnya.

Bagiku, Kekal ada teman sekamar yang terbaik. Cerita di malam keakraban lagi, sebenarnya kita berdua memiliki kepribadian yang hamper serupa. Kami berdua type wanita yang susah banget ngeluarin air mata. Tapi, di malam itu kami nangis banget ketika kami pelukan dan saing bilang ‘terima kasih’.

Setelah sampai dikamar kami melanjutkan nangis berdua seperti akan di tinggal selamanya. Sama seperti didi, aku masih bisa bertemu dengan Kekal kapanpun aku mau karena Kekal domisili di Jakarta. Namun seperti yang pernah kukatakan, tidak ada momentum yang bisa di ulang setiap detiknya akan berbeda dan setiap detiknya adalah kenangan.




Masih banyak yang sebenarnya ingin aku ceritakan seperti Miss Julit 2017 Kak Ros, ketawa ter-khas dari Doya, Opening dari Darwin-Bengkulu, Dwiki yang super supel, Azizah yang setiap pagi catokan di kelas materi, kak iky, kak ical yang membantuku menata bulu merak baju adatku, sampai senior yang sangat berarti menurutku. Hesty yang sering sakit, Ica Bella yang setiap kelas materi kita selalu barengan dan nahan kantuk, Vinky yang kreatif sehingga semua Puteri di hadiahi anting-anting hasil kreatifitasnya, dan masih banyak lagi.
Jawa rengah, Maluku, Papua, Maluku Utara, Bali, Sumatera Utara

Entahlah! Aku masih selalu bingung kalau harus mengingat momentum yang paling berkesan itu. Menyentuh ketika mendengarkan keluh kesah beberapa finalis di malam keakraban. Bahkan ketika malam itu aku masih bingung, air mata yang keluar entah mengandung arti apa. Sedihkah ketika harus berpisah dengan mereka yang bagiku sudah seperti keluarga atau bahagia ketika aku sadar saat syukur yang aku panjatkan karena bertemu dengan 48 putera dan puteri terbaik Indonesia.

Jambi, Kalimantan Barat, Sumatera Barat

Dimalam Grand Final, Nata Putera perwakilan Sumatera Selatan dinobatkan sebagai Putera Bahari Indonesia 2017 dan Ica Puteri Perwakilan Lampung dinobatkan sebagai Puteri Bahari Indonesia 2017. Bangga sekali. Selain pintar, mereka berdua adalah cerminan bahwa rupa dan ilmupun harus bisa didampingi dengan rendah hati dan murah senyum.

Terima kasih atas 10 hari terindahnya Putera Pueteri Bahari Indonesia. 

Salam Bahari Indonesia
Jalesveva Jayamahe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indahnya menapaki Puncak Gunung Sibuatan, Merek, Sumatera Utara

BIOGRAFI BLOGGER

Indahnya Pesona Bahari Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Sumatera Utara