Didalam Angan Kerinduan



 and you left alone

Jalan pikiranku buntuh. Aku tak tau apa yang sedang aku pikirkan sekarang. Semuanya terasa diambang angan-angan palsu. Kuhempaskan tubuhku diatas kasurku yang empuk. Rintikan hujan diluar sana seakan membuatku memejamkan mata dan memasuki alam bawah sadarku. Dan tanpa disadari akupun masuk kedalamnya ……
            Perlahan mulai kutemukan pintu bersinar dalam kegelapan anganku ini. Demi perlahan juga ku buka pintu itu cepat-cepat. Ku dapati sosok bertubuh kekar dengan kulit sawo matang. Aku mengenalnya tapi masih belum bisa ku terkah siapa dirinya.
            Ruangan itu masih remang-remang menurutku. Aku tidak mengerti mengapa yang tadinya menurutku terang ternyata masih remang-remang. Aku mencoba meraba jalan hingga ku dapati sosok lelaki diujung sana. Aku sangat mengenal sosoknya tapi entah mengapa aku masih belum bisa mengetahui siapa dia sebenarnya.
            Sekitar 3 meter lagi aku akan sampai membawa diriku menuju si lelaki tersebut. Tetapi, aku masih belum bisa melihat wajahnya lantaran ruangan ini tidak begitu terang bagiku. Selangkah demi selangkah wajah itu semakin jelas dan akhirnya aku berada 10cm tepat didepan dia.
            Aku terkejut bukan kepayang. Aku mengenalnya yaaaa aku sangat mengenalnya. Tanpa ragu telapak tanganku mendarat dipipi kanannya. Disitu dia hanya menatap wajahku penuh arti. Entah apa yang membuatku menjadi wanita bodoh lagi. Mataku berlinang dan aku tak mampu membendung air mataku hingga akhirnya menetes dipipiku.
            Aku merindukan mata itu. Mulutku membisu tanpa bisa ku berkata. Mata kami saling berpandangan. Perlahan dihapusnya airmataku dengan telapak tanganya. Aku tak mampu menahan emosi hingga air mata ini tanpa sadar bercucuran deras.
            “maaf”, suara lembut itu membuatku samakin sendu
            “heyyy, kamukah ini tata?, aku merindukanmu”, suaraku gemetar menahan gejolak sedih luar biasa didalam dadaku. Aku merindukan suara itu serta mata indah dengan lentikan bulu matanya. Suasana seketika menjadi kaku. Aku semakin berada didalam titik bingung yang mendalam.
            “heyyy, jangan nangis. Ya kamu benar ini aku tata”, perlahan tangannya membasuh air mataku lagi. Senyumnya mengingatkan aku pada tiga tahun silam. Saat kami pertama berjumpa. Gejolak itu semakin tidak terkontrol dengan akal sehatku.
            Aku mulai pasrah apa yang bakalan terjadi nanti. Aku memejamkan mataku dipelukannya. Rasa rindu itu kembali muncul kembali. Entah sudah berapa bulan aku tidak merasakan pelukan hangatnya ini. Aku merasa lebih nyaman. Aku merasa lebih berwarna dipelukannya.
            “aku sayang kamu” kataku didalam pelukan hangatnya mendekap tubuhku. Aku terbuai oleh tubuhnya melepas rindu yang tak bisa lagi kuungkapkan dengan kata-kata betapa aku sangat merindukan dirinya dan dekapannya seperti ini.
            Dia melepaskan pelukanku pelan-pelan. Dalam hati aku bertanya apakah dia ingin meninggalkanku kembali? Atau dia sudah tidak merasa nyaman dengan pelukanku? Ada seribu pertanyaan di dalam benak dan pikiranku namun belum bisa kutemukan maksudnya.
            Kami kembali bertatapan lagi. Entah kapan dan dari mana ia mengambil benda itu. Benda yang sangat memiliki arti kenangan yang mendalam. Pandanganku tanjam kebenda itu dan sesekali aku memandang wajahnya dengan tak percaya. Kenapa masih ada?
Perlahan dia memutar salah satu pedal benda tersebut. Lantunan music itu memutar memoriku seiring dengan berputarnya benda yang berbentuk bulat berisikan sepasang teddy bear sedang bersanding dibawah hujan salju yang romantis. Aku masih ingat bola music itu aku berikan ketika kami sedang merayakan anniversary ke 29 bulan.
            Digenggamnya tanganku dan dituntunnya aku kesuatu tempat yang masih rahasia. Kami berjalan digang sempit dengan saling menggenggam tangan erat-erat. Sementara tanganku yang satu lagi masih memegang benda kenangan itu didalam genggamanku. Seperti biasa jalanan itu masih terlalu remang-remang menurutku. Aku meraba sepanjang jalan.
            Diujung sana aku mendapati cahaya yang sangat terang. Aku memicingkan mataku berharap pandanganku menuju kedepan sana semakin jelas. Namun aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku masih berjalan didalam tuntunannya. Tangannya masih menggenggam erat-erat jari-jariku.
            Kini aku berdiri tepat didepan sinaran itu. sinar itu berasal dari sebuah  pintu silver yang sisinya berlapiskan cahaya. Dia mengirimkan kode kepada pikiranku untuk melihat kedalam kotak tersebut. Akupun mengikuti perintahnya dengan menggunakan isyarat dari bola mata indahnya.
            Aku menjerit sekencang-kencangnya karena pintu silver bercahaya terang tersebut menarik badanku kedalam. Aku ketakutan berputar-putar jatuh entah kemana dibawa oleh benda ini. Aku bingung. Kali ini tata tidak bersamaku dan rasa takutku semakin mendalam karena secara tiba-tiba tata tidak ada disampingku.
            Tiba-tiba aku berada disebuah taman yang sangat hijau dan ditumbuhi bunga-bunga bermekaran dan pohon yang sangat rindang disekelilingnya. Aku semakin merasa bingung dengan keadaan sekitarku yang bagiku masih terasa masih sangat asing . Tempat semacam apalagi yang akan aku temui setelah tempat aneh yang sebelumnya aku masuki.
Aku melihat sesosok pria yang ada diruangan sebelumnya sedang duduk dibawah pohon rindang diujung sana. Aku tak bisa menebak apa yang sedang dilakukannya tetapi aku tau kalau diujung sana dia memegang sebuah buku. Aku berjalan lurus kearahnya dengan diiringi gemericik air sungai yang mengalir deras didekatku. Suara dedaunan membuaku langkahku semakin cepat untuk mengetahui apa yang dilakukan pria itu dibawah pohon yang rindang itu.
“hey”, tegurku membuyarkan konsentrasinya dengan buku yang dibacanya.
“hey, selamat datang”
“taukah kamu aku bahkan kita sedang berada dimana?” aku memutuskan untuk duduk disebelahnya dan kulirik apa yang sedang dipegangnya.
“kita sedang berada dalam angan kita masing-masing. Setiap orang punya mimpi yang indah di setiap tidur indahnya.”
Aku menjadi semakin bingung dibuatnya. Jikalau ini hanya sebuah mimpi mengapa ini terlihat begitu nyata. Dan mengapa harus dia yang ada didalam mimpiku ini. Aku kembali melirik benda yang berada digenggam tangannya. Ya, aku mengenali benda itu lagi.
“kenapa kamu melihat benda ini seperti itu?”
“sepertinya aku mengenalinya tapi aku masih belum mengingat benda itu aku lihat dimana.”
“kamu tau dan kamu sangat tau.” Kata-kata tersebut membuat aku semakin berpikir dan memutar otak untuk mengingat benda yang aku anggap ingat tetapi aku tidak sedikitpun mengingatnya.
“bolehkah aku menyentuhnya bahkan memegangnya”
Aku merasa gemetar mengambil benda tersebut dari genggamannya. Ku letakkan bola music kenangan itu disampingku agar aku dengan mudah memegang yang menurutku benda kenangan itu. Ku perhatikan sisi demi sisi benda tersebut dengan teliti. Aku memberanikan diri untuk membuka lembar pertama benda yang berbentuk buku ini dengan curiga. Kudapati sesosok lelaki dengan pose yang sangat lucu dilapangan sekolah dengan memakai baju bola berlambangkan garuda didadanya.
“ini kamu?”
“ya, itu aku.apakah kamu sudah mengingat benda ini?
Aku menatap matanya dalam-dalam dan sesekali ku lirik benda itu. Air mataku setetes demi setetes karena aku mulai mengingat benda yang bagiku tak asing ini. Tata tersenyum sambil menghapus air mataku. Begitu lembut sampai akhirnya aku tak mampu menggerakkan badanku bahkan bibirku untuk mengucapkan beberapa kata saja untuknya.
“ini hadiah pertama yang kamu berikan untukku dihari ulang tahunku”
“didalam foto ini kamu sedang sakit dan aku mengambil gambarmu secara diam2 melalui kamera disaat kamu bermain sepak bola bersama timmu yang juga merupakan teman sekelasmu bukan?”
“yaa, kamu benar! Tanpa sadar kamu telah memberi sejuta kejutan didalam hidupku dan disaat aku sembuh dari sakit kamu pernah berkata kalau aku bisa menghentikan rokokku selama seminggu full aku akan diberi hadiah”
“kamu berhasil sehingga akhirnya aku memberimu hadiah sebuah tackdeck”
“dan harus kamu tau, pada saat itu aku merasa ketulusanmu”
“taaa……”
“yaaa?”
“kamu dimana?”
Begitu merasa sangat kehilangan disaat apa yang kita punya dahulu menghilang begitu saja. Disaat itulah kita baru menyadari sesuatu yang sangat berharga ketika itu sudah tiada. Menyia-nyiakan hal yang sangat indah adalah salah satu sebuah kebodohan yang dilakukan tanpa disadari.
Begitu juga dengan cinta. Cinta bukan tentang sebuah rasa saja atau bahkan bukan hanya tentang sekerdar pertemuan. Tetapi, cinta adalah tentang sebuah perpisahan karena ketika kita berpisah dengan apa yang kita cintai dan merasa kehilangan itulah bentuk cinta yang sesungguhnya.
Kembali dan kembali aku meneteskan air mata tanpa henti. Wajahnya begitu serius dan yakin bahwa semua yang terjadi saat ini antara aku dan dia adalah sebuah kenyataan. Aku masih terasa bingung dengan kejadian yang aku alami. Kedengarannya begitu klise.
“when tomorrow starts without me, don’t think we are far apart. For everything you think of me, im right here in your heart”
“don’t leave me alone again tataaaaaa!!!”, aku berteriak kencang didepan hadapannya yang ingin beranjak pergi tanpa alasan.
Dia menghiraukan perkataanku yang tak ingin melepaskan kepergiannnya untuk keberapa kalinya. Kata-kata terakhir sebelum dia beranjak menjauh mengembalikan ingatanku bahwa ia pernah berkata itu sewaktu kami masih berumur dua bulan pacaran. Diriku terdiam kaku dan terduduk lemas dibawah rindangnya suasana.
“kamu belum menjawab pertanyaanku! Kamu dimana?!!!”, aku menjerit histeris berharap dia dengar dan menoleh kearahku lalu menjawab pertanyaanku. Nyatanya tidak seperti itu dia tetap dengan pendiriannya berjalan semakin jauh membelakangiku dengan membawa buku album itu.
Aku merasa hancur dan sangat hancur ketika seseorang yang aku anggap masih ada didalam hidupku nyatanya tidak ada. Aku meringgkukkan tubuhku dibawah pohon yang rindang tersebut. Tapi sayang tidak serindang suasana hatiku sekarang. Rasanya terkikis perlahan demi perlahan aku merasa terkikis.
Ku putar pedal bola music tersebut dan  ku telakkan tepat disebelah telingaku agar ku mampu mendengarkan dentingan demi dentingan music tersebut dengan classic. Alunannya berdetak seiring menetesnya airmata ku yang menetes dengan lembut. Music classic dan mata yang sembab mengeluarkan airmata secara bekali-kali membuatku lelah hingga akhirnya ku pejamkan mataku.

            Aku terhanyut dalam suasana sendu gunda gulana karena ditinggalkan seseorang yang saat ini kita butuhkan. Semakin lama aku semakin tidak merasakan keadaan disekitarku lagi. Mataku terpejam semakin melengkapi ketidak tahuanku dengan keadaan yang sedan aku alami. Sampai akhirnya aki benar-benar tidak tau dan tidak mengerti kalau ini semua …………

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indahnya menapaki Puncak Gunung Sibuatan, Merek, Sumatera Utara

BIOGRAFI BLOGGER

Reza Rahadian, Melengkapi Seni Peran di Perfilman Tanah Air