Indahnya Pesona Bahari Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Sumatera Utara
14 personil liburan di Pulau Banyak |
Memang keindahan alam
nusantara tidak akan ada habisnya di bahas dan tidak ada habisnya udah di belah
satu persatu. Tidak usah jauh-jauh menyebrang pulau, di Sumatera sendiri masih
banyak destinasi wisata yang patut di jajali satu persatu terutama di Sumatera Utara.
Walaupun bukan tepat di Sumatera Utara beberapa minggu yang lalu tepatnya pada
tanggal 9 September 2016 aku bersama
tiga belas teman terbaikku mencoba membelah destinasi bahari yang terletak di
Kabupaten Aceh Singkil. Namanya Pulau Banyak. Akan ku jelaskan secara perlahan
tentang wisata yang satu ini.
Hanya sekitar 7 sampai
8 jam untuk menuju ke Kabupaten Aceh Singkil jika memulai titik start dari Kota
Medan. Hal yang paling tepat jika ingin mencoba destinasi wisata ini dengan
menggunakan Travel. Setelah mencari ke beberapa travel di Kota Medan untuk
jurusan Medan-Singkil akhirnya kami menemukan salah satu travel yang bisa
membawa kami ke lokasi tujuan. Salah satu travel yang kami dapati berada di
Jalan Gajah Mada, Medan.
Sesuai perkiraan waktu,
kami pergi jumat malam pukul 20:00 di tanggal 09 September 2016. Siapa sangkah
cuaca tidak dapat di tebak. Malam keberangkatan, kami disambut dengan hujan lebat
yang membuat waktu kami terbengkalai selama 2 setengah jam untuk menunggu hujan
redah. Biasanya kendaran yang digunakan untuk travel adalah mobil pribadi yang
muatan penumpangnya maksimal 8 orang. Dengan harga tiket Rp130.000 untuk sakali
pergi, penumpang bisa minta dijemput dilokasi.
Seperti biasa dan
memang sudah kebiasaan rumahku menjadi tempat berkumpul sebelum berangkat.
Berhubung jumlah kami 14 orang dengan demikian 2 mobil travel berhasil kami
kuasai. Berangkat pukul 23:15 WIB dari Kota Medan dan akhirnya kami sampai di
Pelabuhan Aceh Singkil pukul 09:00 WIB.
Perjalanan tidak
berhenti sampai disitu, untuk menikmati indahnya bahari pulau ini pendatang
diwajibkan untuk menyebrang dengan kapal penyebrangan ke Pulau Balai selama
kurang lebih 4 jam lamanya dan dengan harga tiket Rp.30.000.
Pulau Balai adalah
salah satu pulau yang dihuni oleh masyarakat setempat yang sebagian besar mata
pencarian mereka adalah nelayan. Walaupun sambutan untuk wisatawan masih
terbilang sedikit misalnya saja tempat menginap ataupun oleh-oleh khas pulau
ini masih belum begitu maksimal. Namun warga setempat memberikan solusi kepada
wisatawan yang ingin menikmati indahnya alam di pulau tersebut. Wisatawan tidak perlu khawatir jika ingin
bermalam di Pulau Balai karena masyarakat lokal menyediakan beberapa penginapan
yang berbentuk rumah atau biasa di sebut home
stay. Salah satu penginapan yang kami tiduri selama perjalanan bernama Lae Kombih.
Entah memang itu
keberuntungan atau memang harga yang sepantasnya di berikan oleh pemilik home stay, kami hanya membayar Rp25.000/
orang untuk satu malam. Karena kami menginap selama 2malam jadi kami hanya
membayar Rp50.000 untuk setiap orangnya. Namanya juga home stay jangan pernah mengharapkan fasilitas lebih. Penginapan
yang kami sewa hanya memiliki satu tempat tidur, 2 buah bantal, san satu kipas
angin sementara kamar mandi berada diluar jadi bisa di bayangi kalau kami 14
orang dan pastinya rebutan kekamar mandi yang hanya di sediakan 5 kamar mandi.
Solusi paling ampuh untuk hal yang seperti ini adalah mandi bareng untuk
meminimaliskan waktu.
Kami tiba di Pulau
Balai sekitar pukul 13:00 siang. Setelah berbenah dan makan siang, kami
memutuskan untuk langsung bergerak mengelilingi pulau. Dengan bermodalkan
perahu yang biasa digunakan oleh nelayan untuk mencari mata pencarian, kami
berhasil menjajalkan 2 pulau. Cukup singkat memang, karena lama perjalanan
cukup memakan waktu yang lama. Untuk menuju ke pulau pertama membutuhkan waktu
kurang lebih untuk sampai ke pulau yang pemandangannya berhasil memanjakan
mata.
Snorkeling di Pulau Banyak |
Sebagian foto aku
memang memakai celana pendek. Triknya seperti ini, selama perjalanan dari Pulau
Balai aku menggunakan kain untuk menutupi auratku karena memakai celana pendek
sekedar menghargai. Waktu yang sangat terbatas membuat kami hanya dapat
menikmati 3 pulau di hari yang sama. Hari Sabtu, hari pertama kami tiba di
Palau Banyak di akhiri dengan melihat matahari terbenam di Pulau Biawak. Awalnya
sih kami sama sekali tidak kepikiran dengan menikmati indahnya matahari
terbenam. Kepekaan, Abang-Abang nelayan yang membawa kami keliling pulau
membuat kami tidak menyesal melihat keindahaan ciptaan Tuhan dengan melihat
detik demi detik matahari terbenam dari balik pulau yang berbeda.
Sunset di Pulau Biawak, Pulau Banyak |
Pukul 20:00 kami tiba
di Pulau Balai, setelah menginjakkan kaki di pulau yang berpenghuni ini kami membersihkan
diri. Yah. Mungkin kalian tahu, kalau yang namanya bermain di pulau dan juga
pantai hal yang paling menyebalkan adalah seluruh tubuh ibaratkan bermandikan
pasir pantai. Setelah semuanya selesai bersih-bersih, kami pun makan malam
bersama di penginapan. Kami berhasil menemukan sebuah penginapan yang nyaman. Istilahnya
satu rumah berhasil kami kuasai untuk sekedar menginap dan beristirahat.
Tidak jauh dari
penginapan kami ada satu warung yang menjual makanan mulai dari sarapan sampai
makan malam. Karena kami memulai makan malam pukul 21:20 WIB jangan heran kalau
makan malam di warung hanya bersisakan telur rebus. Syukurnya, temanku bernama
Cindy membawa amunisi makanan dari medan seperti nugget goreng, sambal terasi,
dan juga sossis goreng. Lebih syukurnya lagi, karena kami terbiasa pergi
perjalanan jauh ataupun camp kami
selalu membawa mie instan dan juga alat masak. Jadi, untuk masalah makanan
alhamdulillah terkendali dengan aman.
Ada yang lucu sih yang
ingin aku ceritakan, disaat menjelang istirahat tiba-tiba entah apa dan
bagaimana tiba-tiba kami malah membahas mantan pacar sewaktu duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas. Karena mayoritas kami adalah alumni satu SMA yang sama,
jadi jangan heran kalau masing-masing dari masa lalu kami semuanya pada tahu. Jangan
heran juga ada pasangan yang sedikit ngambek gara-gara kejahilan ini. Acil dan
Raisya contohnya.
Niatnya bangun pukul
06:00 di hari Minggu, sepertinya hanya sebuah angan-angan di malam harinya. Semua
teman-temanku bangun di pukul 08:00 pagi. Sebelum berangkat, kami sepakat untuk
membawa satu baju dengan warna yang sama yaitu warna Putih. Setelah saling
membangunkan akhirnya semuanya sudah bersiap-siap untuk melanjutkan destinasi
pulau selanjutnya dengan tema baju berwarna putih. Namun alam berkata lain,
sebelum kami pergi pulau yang kami injak mengalami cuaca hujan yang cukup deras.
Tentu saja ini membuat hati kami kecewa. Mengapa? Karena hari Minggu adalah
jadwal kami balik ke Medan. Jika pulau yang ingin kami kunjungi gagal di
datangi, alhasil foto 14 orang dengan tema busana berwarna putih hanya sebuah
angan-angan.
Siapa sangka lagi, alam
lagi-lagi berkata lain saat kami masih berada di warung makan untuk sekedar
menikmati hujan dan sarapan ala Pulau Balai. Ketika anes, salah satu temanku
yang terkenal dengan anak alamnya berkata “iya nanti aku balik ke penginapan
kalo hujan redah” ketika itu pula hujan yang deras berhenti secara tiba-tiba
tanpa rintik sedikitpun. Secara otomatis pula rasa gembira kami muncul dan
segera berkemas untuk menuju ke dermaga pelabuhan yang sudah di tunggu oleh
bapak nelayan andalan kami. Bapak nelayan serta kapalnya sudah kami sewa selama
2 hari dengan membayar ongkos sewa seharga Rp200.000 untuk setiap orangnya.
Untuk kesekian kali
alam berkata lain, kami mengalami kehujanan di pejalanan menuju Pulau yang
memiliki Mercusuar Tua. Alhasil, kami terpaksa hujan-hujanan di jalan syukurnya
hujan saat itu tidak terlalu deras dan jarak menuju pulau tujuan tidak terlalu
jauh saat hujan turun. Jika ingin menikmati keindahan alam bahari pulau banyak dari
ketinggian kita harus menaiki beberapa tangga yang berada di Mercusuar Tua
hanya dengan membayar Rp10.000/orang yang di bayar oleh masyarakat setempat
yang menjaga pulau tersebut.
Setelah asik berfoto
dengan baju kompkan, kami memutuskan untuk pulang ke Pulau Balai karena waktu
yang kami perkirakan untuk pulang ke Medan sangat singkat. Hanya sekitar 1 jam
kami menikmati indahnya bentangan Pulau Banyak dari ketinggian yang tingginya
sekitar 100 meter dari permukaan laut. Tiba di Pulau Balai, kami segera
membereskan pakaian kami. Syukurnya masyarakat setempat membantu kami
mengingatkan kalau penyebrangan terakhir pukul 14:00 dengan menggunakan Kapal
Ferry.
Diatas Mercusuar, Pulau Banyak |
Teriknya matahari di
jam 1 siang mengharuskan kami berjalan sekitar 20 menit dari penginapan ke
pelabuhan penyebranga. Pulau Balai sangatlah kecil jalanannya pun tidak
menggunakan aspal tetapi menggunakan batako seperti di perumahan. Tidak ada
kendaraan umum di pulau ini. Masyarakat setempat menggunakan kendaraan roda dua
pribadi untuk keperluan pribadi. Jadi, bagi pengunjung mau tidak mau harus
tahan berjalan kami. Bukan dengan jaraknya tetapi yang melelahkan adalah
mataharinya jika berjalan di siang hari.
Harga tiket
penyebrangan adalah Rp24.500 lebih murah dari tiket kami pergi di sabtu pagi
karena kapal yang digunakan adalah kapal pribadi masyarakat yang sengaja di
sewa yang hanya berkapasitas 35 orang. Kapal Ferry sedikit lebih lama setengah
jam dalam hal perjalanan. Namun tidak masalah, kami tiba di Kab. Aceh singkil
tepat waktu yaitu pukul 18:00. Supir travel kami masih setia menunggu. Kami berhasil
memesan travel untuk pergi dan pulang dengan supir yang sama jadi tidak sulit
mengatur kedekatan emosional dengan supir yang satu ini.
Dalam perjalanan pulang
kami singgah ke salah satu warung makan di daerah Dairi karena supir kelaparan
dan juga mengantuk jadi mereka berdua terpaksa kami temani ngopi dini hari. Faktor
tengah malam juga, kami pun juga ikut makan karena faktor kelaparan. Dan ikutan
ngeteh juga karena faktor kedinginan.
Hampir saja lupa. Sewaktu
kami di Pelabuhan Singkil, hanya satu supir yang datang karena supir di mobilku
ada keperluaan mendadak jadi harus menunggu kami menyebeutnya ‘bang justin’. Karena
lapar, akhirnya supir mobil acil berinisiaf untuk melangsir kami ke rumah makan
terdekat karena rasa lapar kami tidak bisa di tahan. Yang sangat mengesalkan
adalah bang justin baru datang pukul 21:00 WIB dimana waktu tersebut adalah
waktu diluar dari jadwal kami pulang. Karena kami juga butuh dia, jadinya kami
harus sabar menunggu dan menunggu dengan senyuman.
Setelah melalui pejalann
pulau yang melelahkan dan bang justin yang kelelehan akhirnya supirnya pun di
ganti. Di daerah Brastagi Hadi rela menjadi supir dan merelakan Bang Justin
tidur lelap di sebelah supir.
“Pelan-pelan lah men
nggak nyenyak aku tidur. Was-was Awak kau buat,” kata Bang Justin ke Hadi.
“kayak gitulah yang
kami rasakan pas Abang yang nyupir. Dah lah tidur aja napa selo di boncengan,”
balas hadi dengan rasa kesal karena kedua supir kami menyupir nggak ada
pelannya.
Setelah 9 jam perjalanan
akhirnya kami tiba di Medan pukul 08:00 dan kami terpaksa membagi 2 jalur untuk
mengantar satu per satu karena pada saat itu sedang Hari Raya Idul Adha.
Alhasil, Hardi, Wira dan Kobe sholat di Masjid dekat rumah Cindy sementara
Acil, Raisya dan Rio Sholat di dekat rumahku barulah pulang kerumah
masing-masing.
Itulah sedikit cerita
perjalanan aku ke Pulau Banyak, Kab Aceh Singkil bersama teman-temanku dengan
waktu yang sangat singkat. By The Way,
terima kasih Acil panitia penyelengara, Hadi videographer, Wira, Cindy dan Rhanty
meine best friends, Raisya pacara
Acil paling setia, Kak Santi, Anes sang petualang, Ise yang sepanjang liburan
ngegombal terus kayak anak Marelan, Sengok yang kayaknya masih sensi karena aku
bercandai, Rio yang ngeselin, Miftah yang traktir aku indomie kuah di kapal, Kobe
yang dimana-mana tidur terus sampai akhirnya kami kasih julukan ‘pelor’. Terima
Kasih Banyak.
Komentar
Posting Komentar